STRATEGINEWS.id, Medan — Permukaan air Danau Toba belakangan ini naik atau kembali mendekati level alaminya, yakni 905 meter di atas permukaan laut (mdpl). Salah satu penyebabnya adalah tingginya curah hujan di kawasan Danau Toba sehingga airnya tumpah ke darat menggenangi areal pemukiman warga dan fasilitas wisata.
Terkait dengan hal itu, pengamat lingkungan dan pariwisata Mangaliat Simarmata meminta PT Inalum menormalkan kembali alur keluarnya air Danau Toba di bendungan Siguragura ke Sungai Asahan.
“Kita, publik tahu sudah banyak diberitakan media dan medsos bahwa sudah hampir sebulan air permukaan Danau Toba naik terus sekitar dua meter yang tentu mengganggu area destinasi pariwisata di pesisir Danau Toba dan aktivitas masyarakat yang juga sangat berkaitan erat karena dalam waktu dekat mau hari libur secara khusus liburan pasca Lebaran untuk para wisatawan,” kata Mangaliat Simarmata, Kamis (27/3/2025).
Dia menjelaskan, Danau Toba seperti air dalam kuali. Kalau airnya sudah kepenuhan tentu secara alamiah akan tumpah dan mengalir juga secara alamiah melalui Sungai Asahan.
“Ini sudah berlangsung secara alamiah sejak ada Danau Toba hingga kini. Kalaupun terjadi kenaikan permukaan air Danau Toba karena intensitas air hujan tinggi biasanya tentu secara alamiah akan surut juga tidak dalam waktu yang tidak lama,” terangnya.
Namun, paparnya, kenapa permukaan air Danau Toba hingga kini belum surut-surut dan tetap permukaan airnya naik sekitar dua meter terus, padahal bukan setiap hari turun hujan.
“Dari keadaan ini patut diduga dan sangat rasional bila saya pertanyakan ada apa dengan pengaturan air keluar dari Danau Toba di bendungan air Siguragura oleh PT Inalum?” ujarnya.
Dia mengungkapkan, seperti diketahui, kalau di musim kemarau PT Inalum bisa mengatur dengan baik peraliran air Danau Toba sesuai dengan kebutuhan air yang diperlukan untuk memutar turbinnya.
“Pertanyaannya adalah kenapa di musim hujan kali ini kok seperti tidak diatur dengan baik sehingga air Danau Toba meluap. Kalau seandainya bila dinormalkan alur keluarnya air Danau Toba ada kemungkinan akan menimbulkan banjir di beberapa area di alur Sungai Asahan. Pertanyaannya adalah apakah harus dikorbankan aktivitas dan area-area destinasi pariwisata di pesisir Danau Toba?” terangnya.
Menurut Mangaliat, tidak bisa dipungkiri bahwa akhir-akhir ini sangat besarnya volume air yang masuk ke Danau Toba adalah tentu karena hutan penyangga kawasan Danau Toba sudah hancur terus dari waktu ke waktu, baik secara legal maupun ilegal dan ditanaminya dengan pohon eukaliptus yang monokultur dan rakus terhadap air tanah tersebut.
Oleh karena itu, diharapkan PT Inalum agar menormalkan kembali alur keluar air Danau Toba di bendungan Siguraguranya, sembari bagaimana agar terus memperjuangkan janji-janji pemerintah akan mengonservasi hutan penyangga kawasan Danau Toba yang sudah sangat parah.
“Konservasi hutan penyangga kawasan Danau Toba agar kembalinya dan terjaganya keseimbangan ekologi dan ekosistem di kawasan Danau Toba,” imbuhnya.
Disebutkan, PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) menggunakan air Danau Toba untuk memasok energi listrik ke pabrik peleburan aluminium di Kuala Tanjung, Kabupaten Batubara.
Inalum memiliki dua Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang memanfaatkan air Sungai Asahan yang mengalir dari Danau Toba. PLTA tersebut adalah PLTA Siguragura berkapasitas 286 MW dan PLTA Tangga 317 MW, seperti dikutip dari medanbisnisdaily.com, Jumat (28/3/2025) siang.
(KTS/rel)