Oleh: Achmad Nur Hidayat (Ekonom UPN Veteran Jakarta)
Rencana pemerintah untuk menghapus subsidi BBM bagi pengemudi ojek online (ojol) menimbulkan banyak kontroversi.
Langkah ini dinilai tidak adil mengingat peran strategis ojol dalam mendukung perekonomian masyarakat perkotaan.
Kebijakan ini seolah mengabaikan fakta bahwa pengemudi ojol bukanlah kelompok ekonomi mampu, melainkan sebagian besar berasal dari kelas menengah ke bawah yang mengandalkan pendapatan harian.
Ojol: Moda Transportasi Vital bagi Kelas Menengah dan Bawah
Ojol telah menjadi solusi transportasi yang efisien, fleksibel, dan terjangkau bagi jutaan masyarakat, terutama di kota-kota besar.
Mereka tidak hanya mengangkut penumpang tetapi juga menjalankan fungsi penting dalam logistik, termasuk pengiriman makanan dan barang.
Subsidi BBM bagi pengemudi ojol sebenarnya bukan hanya untuk mereka, tetapi juga untuk masyarakat luas yang menggunakan layanan ini.
Tanpa subsidi, biaya operasional pengemudi ojol akan meningkat drastis, yang hampir pasti akan diteruskan ke konsumen dalam bentuk kenaikan tarif.
Ini berisiko mengurangi aksesibilitas transportasi murah bagi kelas menengah dan bawah, meningkatkan biaya hidup, dan pada akhirnya menekan daya beli masyarakat yang sudah terhimpit oleh inflasi.
Ancaman Terhadap Stabilitas Ekonomi
Penghapusan subsidi BBM untuk ojol juga berpotensi menciptakan efek domino yang merugikan perekonomian.
Selain meningkatkan biaya transportasi, kenaikan harga layanan ojol dapat berdampak pada harga barang dan jasa lainnya.
Misalnya, kenaikan biaya logistik dari ojol yang mengantarkan barang atau makanan akan diteruskan pada konsumen akhir, menciptakan tekanan inflasi tambahan.
Lebih jauh, kebijakan ini berisiko mendorong pengemudi ojol keluar dari pasar karena tidak mampu menanggung beban biaya operasional yang tinggi.
Ini dapat memicu peningkatan pengangguran di sektor informal, yang selama ini menjadi salah satu penyerap tenaga kerja terbesar di perkotaan.
Solusi Berbasis Keadilan
Pemerintah seharusnya tidak serta-merta menghapus subsidi BBM untuk ojol, tetapi justru memastikan subsidi ini lebih tepat sasaran.
Subsidi berbasis NIK untuk kendaraan yang digunakan dalam kegiatan produktif, seperti ojol, dapat menjadi solusi.
Pendekatan ini memungkinkan pengemudi ojol tetap mendapatkan subsidi tanpa membuka ruang penyalahgunaan.
Selain itu, pengawasan yang lebih ketat terhadap distribusi subsidi dapat dilakukan untuk mencegah penggunaannya oleh kelompok yang tidak berhak, seperti pemilik kendaraan mewah atau kendaraan yang dibiayai oleh perusahaan.
Catatan penting
Menghapus subsidi BBM untuk pengemudi ojol tidak hanya merugikan mereka secara langsung tetapi juga masyarakat yang lebih luas.
Ojol adalah tulang punggung transportasi dan logistik perkotaan, yang kehadirannya sangat penting bagi keseimbangan ekonomi rakyat.
Pemerintah perlu mengkaji ulang kebijakan ini dengan mempertimbangkan dampaknya terhadap daya beli masyarakat dan stabilitas ekonomi nasional.
Subsidi BBM untuk ojol bukanlah penghamburan dana, melainkan investasi untuk menjaga mobilitas dan kesejahteraan masyarakat.
End