Oleh: Achmad Nur Hidayat, MPP (Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta)
Dalam situasi ekonomi yang menantang seperti sekarang, penurunan harga BBM, baik subsidi maupun nonsubsidi, menjadi langkah strategis yang seharusnya dipertimbangkan pemerintah. Harga minyak mentah dunia sedang berada dalam tren penurunan, yang seharusnya membuka peluang bagi pemerintah untuk menyesuaikan harga BBM di dalam negeri.
Penyesuaian ini tidak hanya sekadar mencerminkan perubahan harga pasar, tetapi juga penting untuk menjaga daya beli masyarakat yang menurun. Selain itu, langkah ini dapat membantu sektor industri yang tertekan serta mengimbangi tekanan deflasi yang terus berlanjut.
Penurunan harga BBM secara langsung akan membantu memulihkan daya beli masyarakat. Hal ini juga dapat menjaga stabilitas ekonomi dan memberikan ruang bagi industri untuk bertumbuh dalam kondisi permintaan yang lemah dan indeks PMI yang menunjukkan pelemahan.
Pertama, harga minyak mentah dunia telah mengalami penurunan signifikan dalam beberapa waktu terakhir, terutama pada jenis West Texas Intermediate (WTI) dan Brent. Pada Oktober 2024, harga WTI sempat anjlok sebesar 6% dalam sehari, mencapai level terendah sejak awal bulan Oktober di kisaran USD67 per barel.
Penurunan harga ini disebabkan oleh lemahnya permintaan global dan kondisi geopolitik di Timur Tengah yang mulai mereda. Rencana Amerika Serikat untuk membeli minyak guna mengisi Cadangan Minyak Strategis (SPR) juga menunjukkan bahwa harga minyak global memiliki potensi untuk tetap berada di level rendah dalam beberapa bulan ke depan.
Dengan adanya penurunan harga minyak global, biaya pengadaan bahan bakar di dalam negeri juga ikut mengalami penurunan. Idealnya, penurunan ini tercermin pada harga jual BBM, baik subsidi maupun nonsubsidi, di dalam negeri.
Kedua, daya beli masyarakat Indonesia mengalami penurunan yang signifikan, terlihat dari angka deflasi yang terjadi selama lima bulan berturut-turut. Kondisi ini mengindikasikan bahwa banyak konsumen kesulitan memenuhi kebutuhan dasar, sementara harga BBM yang tetap tinggi memperburuk situasi.
Penurunan harga BBM akan langsung berdampak pada peningkatan daya beli masyarakat, karena biaya transportasi dan logistik akan lebih rendah. Hal ini akan menstabilkan harga barang kebutuhan dan membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Ketika banyak sektor sedang mengalami penurunan permintaan, penurunan harga BBM dapat meringankan beban konsumen. Ini akan mendorong lebih banyak pengeluaran dan membantu mengembalikan daya beli ke tingkat yang lebih stabil.
Ketiga, harga BBM yang tinggi menciptakan beban biaya tambahan bagi sektor industri, terutama industri yang sangat bergantung pada bahan bakar, seperti transportasi, logistik, dan manufaktur. Dalam kondisi ekonomi global yang lemah dan permintaan yang menurun, sektor industri menghadapi tantangan besar untuk menjaga profitabilitas sambil tetap memenuhi kebutuhan operasional.
Penurunan harga BBM akan mengurangi beban operasional bagi perusahaan dan memberikan ruang bagi industri untuk beroperasi lebih efisien. Ini juga membantu menjaga harga produk lebih stabil dan menghindari pengurangan produksi atau PHK.
Dengan harga BBM yang lebih rendah, sektor industri dapat lebih kompetitif, meningkatkan kapasitas produksi, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif. Hal ini juga berdampak positif pada ekonomi secara keseluruhan.
Keempat, deflasi yang berlanjut selama lima bulan berturut-turut menunjukkan adanya ketidakseimbangan dalam struktur ekonomi saat ini. Penurunan harga ini disebabkan oleh menurunnya permintaan konsumen.
Kondisi ini dapat menjadi ancaman serius bagi pertumbuhan ekonomi, karena konsumen dan perusahaan akan menahan pengeluaran dan investasi mereka. Hal ini dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi lebih lanjut.
Penurunan harga BBM akan membantu menjaga inflasi pada tingkat yang seimbang, mengurangi tekanan deflasi, dan memicu aktivitas ekonomi. Dengan menurunkan harga BBM, pemerintah dapat mendorong permintaan dan mendorong konsumen untuk berbelanja, yang pada akhirnya akan membantu menstabilkan ekonomi.
Kelima, indeks Manajer Pembelian (PMI) Indonesia baru-baru ini menunjukkan tren penurunan, yang mencerminkan penurunan aktivitas di sektor manufaktur dan industri secara keseluruhan. Tren ini mengindikasikan pelemahan sektor industri yang cukup mengkhawatirkan.
Indeks PMI yang lebih rendah menunjukkan bahwa sektor-sektor utama mengalami penurunan pesanan baru dan produksi. Dengan menurunkan harga BBM, pemerintah dapat memberikan stimulus bagi sektor industri.
Penurunan harga BBM ini juga dapat membantu menjaga biaya produksi pada level yang lebih kompetitif. Sehingga sektor manufaktur dapat kembali bergairah dan berkontribusi positif bagi perekonomian.
Keenam, harga BBM yang tinggi membuat ketergantungan masyarakat terhadap BBM subsidi semakin besar. Dengan menurunkan harga BBM nonsubsidi, masyarakat dapat beralih ke BBM nonsubsidi dengan beban yang lebih ringan.
Hal ini akan mengurangi tekanan terhadap anggaran subsidi pemerintah, yang pada akhirnya dapat dialokasikan untuk sektor lain yang membutuhkan. Dengan demikian, penurunan harga BBM nonsubsidi akan mengurangi beban anggaran negara dan memperbaiki alokasi subsidi yang lebih efektif.
Ketujuh, dalam kondisi ekonomi global yang tidak menentu, konsumsi domestik memiliki peran penting sebagai penopang utama pertumbuhan ekonomi nasional. Penurunan harga BBM akan membantu meningkatkan daya beli masyarakat, yang pada akhirnya akan mendorong konsumsi domestik.
Konsumsi yang lebih tinggi akan memberikan dampak positif bagi berbagai sektor, terutama ritel, transportasi, dan jasa, yang sangat tergantung pada daya beli konsumen. Dengan memperkuat konsumsi domestik, ekonomi Indonesia akan lebih tahan terhadap guncangan global dan mampu menjaga pertumbuhan yang berkelanjutan.
Kedelapan, penurunan harga BBM juga sejalan dengan upaya pemerintah untuk memulihkan ekonomi pascapandemi. Harga bahan bakar yang lebih terjangkau akan membantu sektor-sektor yang masih dalam tahap pemulihan, seperti transportasi, pariwisata, dan usaha kecil dan menengah (UKM).
Dengan memberikan insentif berupa harga BBM yang lebih rendah, pemerintah dapat membantu sektor-sektor ini bangkit lebih cepat. Ini akan menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif.
Hal ini juga akan membantu mengurangi ketimpangan ekonomi, karena masyarakat menengah ke bawah akan lebih terbantu dalam memenuhi kebutuhan dasar mereka. Ini penting untuk menjaga stabilitas sosial dan ekonomi.
Kesembilan, harga BBM yang lebih rendah akan meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia secara keseluruhan. Biaya transportasi dan logistik yang lebih rendah akan membuat produk-produk dalam negeri lebih kompetitif di pasar internasional.
Dengan daya saing yang lebih tinggi, produk Indonesia akan lebih mudah bersaing dengan produk impor, sehingga akan memberikan dorongan bagi ekspor dan memperbaiki neraca perdagangan. Di sisi lain, daya saing yang meningkat juga akan membantu menarik lebih banyak investasi asing, yang pada akhirnya akan berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Kesimpulan
Penurunan harga BBM baik subsidi maupun nonsubsidi merupakan langkah yang sangat dibutuhkan dalam situasi ekonomi saat ini. Dengan menurunkan harga BBM, pemerintah dapat meringankan beban masyarakat, membantu sektor industri, menstabilkan ekonomi, dan mendukung pemulihan daya beli yang tertekan.
Selain itu, langkah ini juga akan membantu memperbaiki indikator ekonomi penting seperti indeks PMI dan mengurangi ketergantungan pada subsidi pemerintah. Dalam jangka panjang, harga BBM yang lebih rendah akan memperkuat konsumsi domestik, meningkatkan daya saing, dan menciptakan ekonomi yang lebih tangguh.
Oleh karena itu, pemerintah perlu mempertimbangkan langkah ini sebagai strategi untuk menjaga keseimbangan ekonomi di tengah ketidakpastian global dan tantangan domestik yang ada. Penyesuaian harga BBM yang mencerminkan tren penurunan harga minyak mentah global akan memberikan banyak manfaat bagi ekonomi Indonesia, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
End