Prof. Dr. Muhammad Azhar, MA.
Dosen FAI-Pascasarjana UMY & LARI (Lingkar Akademisi Reformis Indonesia)
Kali ini, izinkan Penulis mengajak pembaca untuk melihat UMY (Kasihan, Bantul, Yogyakarta), salah satu kampus swasta terbaik di Indonesia, sekaligus menjadi salah satu kampus yang mulai memasuki ranking kelas dunia (ranking 451-500 kampus terbaik Asia, 2022). Tahun 2021 yang lalu, UMY masuk 5 besar kampus Islam terbaik dunia.
UMY kini telah mencapai usia ke-42. Sembilan tahun lagi, diharapkan UMY sudah mulai menemukan warna pemikiran yang lebih nyata dalam memperkaya khazanah pemikiran di tanah air, khususnya di kalangan internal Muhammadiyah yang kini sedang bertransformasi dari Modern Islamic Movement, menuju Postmodern Islamic Movement, sesuai dengan dinamika zaman.
Secara filosofis, Modernisme sering diidentikkan dengan rationalism, positivism dan grand narration. Sedangkan Posmodernisme diperkaya dengan spiritualism, post-positivism, post-structuralism dan cenderung mengapresiasi adanya pluralitas small narration. Para ilmuan Muhammadiyah, melalui UMY, idealnya mencermati transformasi pemikiran postmodern ini.
Pada tahun 2002, Penulis selaku kepala LPPI (Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam) saat itu, menginisiasi proyek “Islamisasi” Kampus dan Ilmu Pengetahuan yang dibantu Tim 40 (dosen) lintas fakultas di UMY. LPPI ketika itu juga menerjemahkan “Islamisasi” kampus dalam bentuk inovasi kurikulum dua aliran fakultas, eksak dan non-eksak, di Pusbang, Kaliurang. Adapun FAI lebih pada program kontekstualisasi. Proyek ini bertujuan upaya reorientasi, kontekstualisasi, sekaligus pengayaan mata kuliah AIK.
Pada tahun 2004, Penulis juga menginisisasi penerbitan buku: UMY Go Internasional, Pengalaman Studi dan Kunjungan Dosen UMY ke Luar Negeri (LPPI UMY), yang berisi tulisan beberapa dosen yang memiliki pengalaman lintas negara: yakni Amerika (Bambang Cipto, Rahmawati Husein yang kini selaku Dewan Pengarah UN-CERF KSP, Yunahar Ilyas dengan pengalaman dakwah keliling AS, Hilman Latief). Juga Malaysia (Rizal Yahya, Sri Atmaja P. Rosyidi, Masyhudi Muqorrobin pendiri IPIEF UMY, Iwan Satriawan, Agus Setyo Muntohar). Untuk Korea Selatan, pengalaman worksop Gunawan Budiyanto. Adapun Indira Prabasari mengikuti worksop dan riset soal pangan, selama 3 bulan di Stuttgart, Jerman. Sedangkan zona Taiwan, Eko Rini Listiyowati, juga Agus Setyo Muntohar. Sebenarnya ada beberapa pengalaman lain dosen UMY saat itu yang tidak sempat menuliskan hasil pengalaman studi, riset, workshop dan international conference.
Pada tahun 2005, Penulis menerbitkan pula kumpulan artikel menjadi sebuah buku, berjudul: Posmodernisme Muhammadiyah. Belakangan disusul oleh Hilman Latief (2020), menerbitkan karya pemikiran, Post-puritanisme: Pemikiran Gerakan Islam Modernis 1995-2015. Prof. Haedar Nashir, dosen UMY, juga menerbitkan beberapa buku hasil renungannya tentang Muhammadiyah. Almarhum Said Tuhulely, juga dengan tekun menerbitkan jurnal ilmiah popular, INOVASI.
Pada tahun 2011, Penulis kembali menginisisi penerbitan buku, Pengalaman Dosen UMY Menulis Disertasi Doktor (Program Doktor UMY). Sejak 2010, UMY mulai panen Doktor sekaligus pemikir, peneliti plus penulis handal di bidangnya.
Pada tahun 2015, Penulis pun menulis paper: “The New Muhammadiyah Values for Postmodern Muslim World”, pada International Conference on Business and Social Sciences (ICBASS), March 23-24, Osaka, Japan (https://www.journalijdr.com/new-muhammadiyah-values-postmodern-muslim-world). Tahun 2015 ini juga Penulis menyumbangkan tulisan “Beberapa Pemikiran tentang Internasionalisasi Muhammadiyah”, forum pemikir Muhammadiyah di UMS, yang diterbitkan dalam buku: Internasionalisasi Pemikiran dan Gerakan Muhammadiyah (hlm. 39).
Beberapa cuplikan kegiatan dan publikasi diatas merupakan beberapa bagian cikal-bakal mulai eksisnya gagasan Muhammadiyah Progresif Mazhab Kasihan, dimana UMY sebagai center of exellencenya. Tentu ada beberapa puzzle pemikiran yang belum diungkap atau ditulis oleh dosen dan peneliti UMY yang lain, yang turut memperkaya kehadiran Muhammadiyah Progresif Mazhab Kasihan ini.
National and International Awards
Sebagai pusat keunggulan Muhammadiyah Progresif Mazhab Kasihan, sejak 2012, UMY mulai panen penghargaan yakni diawali dengan raihan Green and Sustainable Campus, hingga beberapa kali pada tahun-tahun berikutnya.
Sejak 2015, UMY mendapatkan QS Stars Facilities (Bintang 5) yang diberikan QS pada bidang fasilitas, yang menandakan bahwa UMY telah diakui oleh lembaga akreditasi internasional sebagai perguruan tinggi yang memiliki fasilitas lengkap setara 5, yang terdiri dari fasilitas olah raga, asrama mahasiswa, infrastruktur TI (Teknologi Informasi), perpustakaan, kesehatan dan unit kegiatan mahasiswa.
Pada tahun yang sama, UMY juga meraih QS Stars Inclusiveness (Bintang 5), QS Stars Social Responsibiliy (Bintang 5), QS Stars Teaching (Bintang 4, dan Bintang 5 tahun 2019), QS Stars Employability (Bintang 3, naik Bintang 5 tahun 2019).
Sejak 2018, UMY menjadi salah satu PT terbaik di Indonesia (Unirank TM & Webometrics); dan meraih SINTA Award 2018, oleh seorang dosen UMY Dr. Ramadoni Syahputra, yang memiliki riset dan score terbanyak, di bidangnya
Tahun 2019, UMY mendapatkan QS Stars Institution; juga sebagai PTM No.1 di lingkungan Muhammadiyah; 3 Top PTS under 50; dan ISO 9001.
Sejak 2021, UMY akhirnya meraih prediket Unggul. Juga ada 31 dosen UMY masuk nominasi 5000 saintis Indonesia, serta dua pemikir kelas dunia (Agus Setyo Munthohar dan Haedar Nashir).
Periode 2016-2023, UMY semakin intens melakukan kolaborasi internasional, student and lecturer exchange, pengiriman dosen untuk program Doktor ke AS, Malaysia, Taiwan, Jerman, Australia, Spain, Belanda, Inggris, dll.
Tahun 2020, beberapa dosen UMY mulai eksis di chanel youtube, seperti podcast Wonderhome Library, Kuliah Hukum Mukti Fajar, Tulus Warsito Channel, KoPi Ngaji Omah Sawah Bodeh, program MOOCs, dll. Berbagai prodi seperti Komunikasi, KPI, aktivitas kemahasiswaan dan sejenisnya mulai merambah ke dunia medsos dan IT, dan meraih beberapa award. Jauh sebelumnya, juga ada kajian rutin tafsir pada program “Cahaya Robbani”, AdiTV, yang diampu dosen senior UMY, almarhum Prof. Yunahar Ilyas.
Beberapa tantangan tentunya juga pernah dihadapi oleh UMY, terutama saat munculnya musibah pandemi dua tahun yang lalu. UMY juga melakukan pemangkasan anggaran hampir di semua unit yang ada. Di awal tahun 2022, secara finansial, UMY mulai memasuki tahap pemulihan. Di musim pandemi, kegitan PBM, riset, pengabdian, publikasi, kolaborasi nasional dan internasional, tetap terus dilakukan.
Berbasis pada paradigma Ikhlas Profesional, progresifitas Muhammadiyah mazhab Kasihan ala UMY ini, konsisten memberikan apresisasi kepada setiap dosen melalui penyediaan dana: a) riset (antara 20-50 juta per-tahun); b) pengabdian; c) penulisan artikel di jurnal internasional bereputasi; d) penulisan buku teks, referensi dan monograf melalui program Science Camp; e) tunjangan Doktor setiap bulan (152 Doktor); f) tunjangan SKP dosen; g); penerbitan HKI/HAKI; h) beasiswa S3 bagi dosen; i) Beduk Mutu. Di luar UMY, tentu para dosen juga mendapat tunjangan Serdos (BKD Kemdikbud atau Kemenag).
Sejak tahun 2019, UMY juga melakukan “naturalisasi” dosen senior (guru besar ternama) lewat program NIDK. Juga program profesionalisasi pengelolaan perpustakaan dengan penambahan link-link serta website jurnal internasional, pelatihan cek Turnitin, Zotero, NVivo, Mendeley. UMY juga mendorong semua dosen memiliki akun Google scholar, Scopus ID, Orchid, Sister, Sinta, Simlitabmas, dll. Benchmarking UMY juga terus ditingkatkan terutama terkait dengan inovasi kurikulum berbasis output (OBE).
Intelektualisme Muhammadiyah Mazhab Kasihan
Salah satu institusi penopang tumbuhnya intelektualisme keislaman di Muhammadiyah adalah hadirnya lembaga Pascasarjana. Program Doktor UMY telah berdiri sejak 2016, diharapkan dapat melahirkan pemikir Muhammadiyah tingkat nasional bahkan global di masa depan. Hingga tahun 2022, Program Doktor UMY telah menelorkan lebih 100 Doktor, bidang psikologi maupun politik Islam. UMY juga telah memiliki beberapa program international class (S1, S2, dan S3).
Ini merupakan upaya penyemaian calon pemikir progresif Muhammadiyah mazhab Kasihan di masa depan. UMY sebagai center of excellence Muhammadiyah, ikut memperkaya beberapa sekoci Muhammadiyah lainnya yang sudah ada, seperti: Maarif Institute, pesantren Budi Mulia, Muhammadiyah Sapen, Muhammadiyah Kauman, Muallimin-Muallimat, PUTM, Pusat Tarjih, juga beberapa sekoci Muhammadiyah yang digagas para milenialis Muhammadiyah di lingkungan IMM, dll.
Selain program internasionalisasi yang sudah berjalan, Muhammadiyah Progresif mazhab Kasihan ini juga bakal berkembang dengan adanya pusat riset di bawah kendali LRI (Lembaga Riset dan Inovasi) UMY, yang kini telah memiliki gedung riset 7 lantai (Dasron Hamid Research and Innovation Center).
Ke depan, progresifitas Muhammadiyah Kasihan ini idealnya terus mengembangkan gagasan Buya Syafii Maarif tentang Muhammadiyah sebagai Gerakan Ilmu. Kehadiran Prodi atau Pusat Studi Filsafat dan Sejarah Peradaban Islam, Barat, Asia, Afrika, menjadi suatu keniscayaan.
Hal ini tentu semakin memperkaya beberapa Pusat Studi yang sudah ada di UMY, seperti: Pusat Studi Muhammadiyah (PSM); Pusat Studi Lingkungan dan Bencana (2009); Pusat Studi Wanita; Pusat Studi Cina (2010); Warung Prancis (2012); Pusat Studi dan Pengembangn Desa SMS/Sehat Mandiri Sejahtera (2013); Pusat Studi ASEAN (2018), Pusat Studi Pengelolaan Energi Regional PUSPER UMY; American Corner (2019); Taiwan Education Center (2019); Bangladesh Corner (2021). Dulu juga ada Iranian Corner, namun belakangan ditutup. Sangat disayangkan tentunya.
Muhammadiyah Progresif ala UMY ini semakin dinamis di bawah kepemimpinan Rektor, Prof. Bambang Cipto dan Prof. Gunawan Budiyanto, Prof Sukamta (Akademik), Prof. Nano Prawoto (SDM), Dr. Suryo Pratolo (Sumber Daya Keuangan dan Aset), Prof. Hilman Latief (Kemahasiswaan dan Alumni AIK), Prof. Achmad Nurmandi (Kerja Sama Internasional). Juga tim Hukum, tim IT yang handal, tim Kurikulum serta tim Riset, Pengabdian, Publikasi, HAKI/HKI UMY.
Belajar dari Frankfurt School di Jerman yang mulai eksis tahun 1930-an, momen Milad UMY ke-42 ini, secara potensial, sembilan tahun ke depan, UMY menuju penyemaian Muhammadiyah Proresif Mazhab Kasihan yang lebih mapan, hingga periode 50-100 tahun yang akan datang.
Perlu dimaklumi juga, secara filosofis-ideologis, di kalangan internal Muhammadiyah – termasuk UMY – ada beberapa varian mazhab pemikiran yang bercorak Salafi Dakwah dan Haroki. Untuk mazhab Jihadi, tampaknya hampir tidak ada. Ke depan, Muhammadiyah progresif atau berkemajuan ini dapat mewujudkan dan mensinergikan mazhab Salafi-Abduhi dan Posmo (Puritanisme-Rasionalisme-Progresifisme).
Alhamdulillah, UMY yang berdiri 1981 ini, sejak tahun 2021, kini telah terakreditasi Unggul (www. umy.ac.id), dengan moto: “Unggul dan Islami”, serta “Muda Mendunia”. Mudah-mudahan, secara akseleratif dan futuristik, para dosen dan Doktor muda, dapat menyempurnakan UMY sebagai pusat pengembangan Muhammadiyah Progresif Mazhab Kasihan di masa depan, sekaligus memperkaya pluralitas keunggulan PTM di Indonesia.
Akhirnya, kemajuan UMY saat ini tentu berkat jasa dari para founding fathers UMY, baik yang sudah wafat maupun yang masih hidup, yakni: Mustafa Kamal Pasha, Hoemam Zainal, M. Alfian Darmawan, Brigjen. TNI. (Purn.) Bakri Syahid, Ahmad Azhar Basyir, M. Dasron Hamid, M. Daim Saleh, Mawardi, Hasan Basri, Abdul Rosyad Sholeh, Zuber Kohari, Basit Wahid, Tubin Sakiman, Ahmad Fadhil . Juga, Muhammad Muqoddas, Yunahar Ilyas, Said Tuhulely (Klinik Apung Said Tuhulely, 2017), Harwanto Dahlan, dll. Semoga Allah meridloi dan menjadikan mereka semua husnul khatimah. Selamat ber-Milad UMY ke-42 (tahun 2023). Wallahu a’lam bisshawab. ***