Catatan : Dr. Suriyanto PD, SH, MH, M.Kn
Perkembangan teknologi telah membawa kita ke era digital di mana internet hadir untuk memudahkan segala urusan manusia. Banyak hal yang bisa dilakukan di internet, seperti mencari informasi, menjalin pertemanan baru, dan melakukan transaksi online (daring) maupun untuk menyampaikan pesan-pesan baik politik maupun budaya.
Hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dalam rilis yang berjudul “Penetrasi dan Perilaku Pengguna Internet Indonesia 2017” pengguna internet di Indonesia telah mencapai angka 143,26 juta jiwa atau setara dengan 54,7% total populasi.
Angka tersebut baru menunjukkan jumlah pengguna internet di Indonesia. Bayangkan seberapa besar pengguna internet di seluruh dunia?
Indonesia saat ini tengah memasuki era global di dunia digital, ruang siber membuka portal komunikasi yang menembus ruang dan waktu tanpa batas, penglihatan dunia tidak lagi ada batas antar negara seluruh hal penting dan tidak penting dengan mudahnya antar negara saling intip informasi yang terjadi antara negara tetangga di seluruh dunia.
Era digital global ini ini seharusnya menjadi menjadi perhatian khusus bagi kita bersama, utamanya tertuju kepada pejabat publik dan para tokoh juga masyarakat di Indonesia untuk dapat memberikan nuansa baik di ruang siber dalam hal apapun.
Seperti dikatakan Prof Yusril Izza Mahendra beberapa waktu lalu melalui program acara yang dipandu Karni Ilyaas yang ditayangkan di TV One juga ramai beredar di media sosial, beliau mengatakan bahwa pernyataan kegaduhan yang timbul atas pernyataan Prof Mahfud ini sangat mempengaruhi iklim investasi dari negara luar.
Kegaduhan yang terjadi belakangan ini dari mulai kejadian Ferdi Sambo, Teddi Minahasa menyusul pernyataan Prof Mahfud MD serta kegaduhan di RDP Komisi III sangat memenuhi ruang siber di Indonesia dan mudah di akses oleh negara luar.
Zaman sudah berubah segala komunikasi informasi tanpa batas, seharusnya siapapun pejabat, tokoh dan semua elemen bangsa ini dapat sangat paham memahami hal tersebut agar apa bila ingin mengungkap sesuatu harus jelas dan diperhitungkan terlebih dahulu untuk keamanan dan kenyamanan ruang maya agar tidak mempengaruhi iklim investasi dan nama baik Bang Indonesia dimata dunia.
Sekalipun Indonesia menganut sistem negara demokrasi hendaknya para pemangku jabatan di Republik ini dari pusat sampai daerah serta para tokoh dapat berhati hati bicara, baik dan buruk secepat kilat ditangkap ruang publik dan beredar di ruang maya.
Efek baik tidak begitu terlihat, efek buruk secepat kilat publik di dalam dan luar negri melihat dan hal ini dapat mempengaruhi stabilitas negara, mari kita dapat bijak bicara di ruang maya agar stabilitas kesatuan, kemajuan dan kedaulatan Bangsa dan negara Indonesia dapat terjaga dengan baik.
Menjadi pejabat publik memang tidak mudah. Setiap sikap dan perilakunya akan menjadi panutan dan sorotan masyarakat luas. Sebenarnya, pejabat disorot publik itu sudah menjadi jamak. Namun demikian, yang terjadi kemudian adalah pernyataan yang dikeluarkan bisa membingungkan publik. Lebih bermasalah, jika masyarakat yang tidak tahu-menahu konteks pembicaraannya ikut-ikutan menilai. Lebih parah jika menilainya hanya berdasar informasi dari media sosial. Ada kalanya, sorotan publik hanya mengikuti kata hati yang mengeluarkan. Itulah risiko menjadi pejabat publik, sementara masyarakat tetap dibuat bingung.
Berkomunikasi di ruang publik, bagi pejabat publik, harus dipertimbangkan dengan masak-masak dan hati-hati. Perlu kehati-hatian dalam mengeluarkan pernyataan bagi semua pejabat publik. Sebab, pejabat publik adalah pejabat yang paling disorot dan layak menjadi sasaran kritik. Pernyataan yang benar saja bisa diplintir, apalagi pernyataan yang belum dipahami makna sebenarnya. Benar atau salah, pernyataan pejabat publik tetap akan menjadi sorotan masyarakat. Apalagi saat ini, atmosfer politik Indonesia kian memanas.
*) Ketua Umum DPP Persatuan Wartawan Republik Indonesia
Editor: Jagad N