Ramai Usulkan Makanan Bergizi Gratis Jadi Uang Tunai

Foto ilustrasi espos.id

STRATEGINEWS.id – Mensikapi fenomena keracunan makan bergizi gratis di Jawa Barat dan berbagai daerah di Indonesia, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi membuat simulasi program makan siang gratis dengan uang pribadinya sendiri di SDN Ciwangi, Kabupaten Purwakarta, Senin (4/3/2024) lalu.

Pada simulasi ini, KDM membuat dua pola yakni makan siang gratis yang dibuatkan oleh Forum Orang Tua Siswa (Fortusis) dan memberikan langsung uang kepada orang tua siswa. Keduanya bernilai sama, Rp 15 ribu.

Hasilnya, makan siang yang dibuatkan Fortusis semuanya seragam dengan menu nasi, ayam teriyaki (filet), tumis dan satu buah jeruk. Sementara yang dibuatkan langsung oleh orang tua siswa masing-masing menunya beragam, bahkan lebih lengkap.

Sementara untuk yang dibuatkan langsung oleh orang tua siswa menunya sangat beragam. Bahkan potongan daging lebih besar, sayur dan buah lebih banyak, dan bekal yang dibawa sesuai dengan selera anak.

Dedi Mulyadi sendiri mengusulkan subsidi makan siang gratis uangnya diberikan langsung kepada orang tua siswa. Sehingga orang tua bisa mengelola sendiri uang tersebut untuk kebutuhan makan siang anaknya di sekolah.

Fenomena keracunan makan bergizi gratis menunjukkan pola kegagalan, desain kebijakan yang dipercepat tanpa uji coba memadai, rantai distribusi yang panjang, dan pengawasan yang tidak konsisten di tingkat lokal.

Ketika program dirancang sebagai proyek skala besar tanpa landasan evaluasi bertahap, risiko teknis mudah berkembang menjadi krisis kesehatan publik. Ini yang harus dicermati oleh pihak-pihak yang berkompeten.

Praktik sentralisasi produksi di Sentra Penyediaan Pangan Gizi (SPPG) memperpanjang waktu antara proses masak dan konsumsi, membuka peluang kontaminasi dan menuntut sistem rantai dingin yang terkendali—kondisi yang belum tentu tersedia merata di seluruh daerah.

Keracunan berulang bukan hanya masalah operasional, tetapi juga struktural.

Usulan Kang Dedi Mulyadi agar subsidi makan siang gratis uangnya diberikan langsung kepada orang tua siswa merupakan langkah tepat, sehingga orang tua bisa menyediakan makanan sendiri untuk anak-anaknya. Orang tua lebih tahu kebutuhan gizi anak-anaknya.

MBG adalah janji sosial yang mulia. Namun niat baik tidak cukup; pelaksanaannya harus berbasis bukti, standar, dan tata kelola yang solid. Pemerintah harus berani menarik pelajaran dari kegagalan dan merombak model bila bukti menunjukkan risiko.

(mar/red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *