Imbang 0-0 Lawan Lebanon, Timnas Indonesia Darurat ‘Goal-getter’

Pertandingan uji coba FIFA Matchday Indonesia vs Lebanon, Senin (8/9/2025) | Foto: Tangkapan Layar

Artikel ini ditulis oleh Achmad L Fauzan, Penikmat Bola.

Bercermin dari pertandingan uji coba FIFA Matchday Indonesia dengan Lebanon yang berakhir imbang 0-0, terasa sekali Indonesia pincang dalam hal mencetak gol.

Penguasaan lapangan yang melebihi 80 persen, ternyata tak bisa membuahkan satu gol pun. Apakah ini memang taktik atau ketidakmampuan?

Mari kita lihat, pergerakannya dari setiap lini. Dengan penguasaan lapangan oleh Indonesia, jelas kita tidak bisa menganalisa lini belakang Indonesia.

Karena tak ada tekanan sama sekali di sepanjang pertandingan. Timnas Lebanon hanya melakukan serangan balik yang tidak mengancam gawang Indonesia.

Di lini tengah, sayangnya, dengan keputusan Kluivert memasang pemain bertahan, tidak terlihat adanya terobosan dan penetrasi ke arah gawang lawan. Jika, pemain tengah bisa melakukan penetrasi dan shooting, besar kemungkinan Indonesia tak akan mendapat angka kosong.

Kita bisa melihat ke belakang, di Liverpool ada Steven Gerard dan di Chelsea memiliki Frank Lampard, yang mampu memecah kebuntuan tim. Tak jarang, mereka juga mampu melakukan tendangan ke gawang dari luar kotak pinalti.

Kenapa mereka berdua yang muncul dalam ingatan? Karena timnas Indonesia menggunakan pemain bertahan saat melawan Lebanon. Kedua orang itu adalah para pemain bertahan. Tapi mereka mampu untuk membuka peluang.

Kita bisa ingat, Indonesia dulu mempunyai Eri Irianto (alm), Haryanto Prasetyo, dan Bima Sakti yang berani melakukan shooting dari luar kotak pinalti. Seharusnya, Indonesia memiliki pemain tengah yang seperti ini.

Kluivert semestinya bisa menyadari hal tersebut. Karena Kluivert pernah merumput bersama Andreas Iniesta di FC Barcelona.

Di sisi sayap, pasukan Indonesia patut mendapatkan pujian. Karena, terlihat mereka mampu merepotkan tim lawan, baik sedang membawa bola maupun tidak, di sepanjang laga. Walaupun, untuk skala internasional memang masih butuh peningkatan. Tapi untuk saat ini, masih cukup oke.

Di lini depan, Kluivert harusnya bisa memunculkan pemain selevel Filippo Inzaghi, seorang goal getter yang tidak diragukan kemampuannya.

Pippo mungkin bukan seorang pemain teknis yang mampu mengalahkan Kluivert, namun ia dikenal dengan nalurinya yang tajam sehingga mampu menjebol gawang lawan, bahkan dari situasi yang paling sulit.

Selain itu, Pippo terkenal sebagai sosok yang mampu lepas dari jebakan off-side tim lawannya.

Dengan 81 persen penguasaan bola, Indonesia sama sekali tak mampu menjebol gawang. Artinya, Indonesia tumpul di depan. Striker Indonesia nol besar kemampuannya. Ada dua pilihan, menghadirkan second-striker atau goal getter? Itu biarlah menjadi PR besar bagi Kluivert.

Dengan konsep ball posesion milik Kluivert, terlihat skema permainan tim Indonesia sudah sesuai ekspektasi dari konsep 4-3-3. Dan selama pertandingan terlihat cukup atraktif di sektor sayap.

Tapi yang perlu digarisbawahi, tak cukup hanya pemain sayap di konsep 4-3-3 itu, tapi juga pemain tengah yang harus bergerak dan kreatif, seperti dikutip dari kedaipena.com, Senin [9/9/2025] siang.

[An/red]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *