STRATEGINEWS.Id, Jakarta – Di tengah arus globalisasi, yang ditandai dengan derasnya arus informasi dan kemajuan teknologi, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Salah satu tantangan yang dihadapi, yaitu luntunya nasionalisme dan pemahaman Pancasila, mengingat Indonesia telah banyak masuk budaya asing oleh adanya arus globalisasi yang menyebabkan generasi muda melupakan jadi diri bangsa sendiri.
Direktur Strategi Foundation Risdiana Wiryatni Jagad menyampaikan hal itu, dalam keterangan di Jakarta, Jumat 2 Juni 2023.
Untuk mensikapinya, kata Risdiana, harus ditumbuhkan semangat dan jiwa nasionalisme dan pemahaman nilai Pancasila bagi generasi muda bangsa Indonesia, yang kelak akan mewarisi estafet kepemimpinan bangsa ini ke depan.
“ Generasi muda sebagai calon pemimpin bangsa, peran generasi muda sangat bergantung kepada keaktifan, pengetahuan dan semangat untuk membangun bangsa Indonesia. Untuk mewujudkan itu, sangat penting memberikan kontribusi berupa pengarahan bakat dan minat, pengetahuan tentang Pancasila sebagai dasar Negara dan memperkuat rasa persatuan bangsa Indonesia yang majemuk serta beragam,” kata Risdiana.
Nasionalisme, kata Risdiana, merupakan suatu hal penting yang harus dimiliki bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi ancaman-ancaman Ketahanan Nasional di era Golabisasi.
Globalisasi, lanjut dia, dapat mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara baik secara langsung maupun tidak langsung. Globalisasi yang membawa dampak bagi kehidupan suatu negara termasuk Indonesia, seharusnya meningkatkan kesadaran dan semangat nasionalismnya dengan mengoptimalkan peran keluarga, sekolah dan pemerintah.
“ Penanaman jiwa Nasionalisme perlu di lakukan melalui sekolah, sebab memungkinkan untuk melakukan pembentukan jiwa atau karakter serta semangat bagi generasi muda yang akan menentukan masa depan bangsa Indonesia di masa yang akan datang,” ujarnya.
Disamping itu, lanjutnya, para generasi penerus bangsa Indonesia yang masih berstatus sebagai pelajar di sekolah, sehingga jikalau sekolah dapat mampu memberikan pendidikan nasionalisme penguatan karakter bangsa Indonesia maka akan selamat bagi generasi bangsa untuk masa-masa yang akan datang.
“ Penanaman jiwa nasionalisme serta penguatan karakter bangsa bagi seluruh generasi bangsa akan memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa dalam rangka mewujudkan NKRI yang kuat dan kokoh serta berkepribadian. Dalam rangka membentuk dan menumbuhkan rasa nasionalisme serta karakter bangsa bagi generasi di perlukan sarana prasarana yang dapat mendukung dan melengkapi penyelenggaraan pendidikan di sekolah,” tuturnya.
Risdiana mengaku prihatin dengan kondisi bangsa saat ini, dimana anak-anak muda sekarang sudah banyak kehilangan rujukan nilai, hilang tata krama, terjerumus dalam narkoba, obat-obatan terlarang dan kriminal.
Dia berujar, di zaman serba teknologi yaitu era globalisasi seperti ini, rasa nasionalisme mulai berkurang, terutama di kalangan pelajar. Budaya dan teknologi dari luar mulai menghiasi kebiasaan pelajar saat ini.
“ Kebiasaan yang sesuai dengan kebudayaan kita, tidaklah akan menjadi masalah. Namun kebiasaan yang bertentangan dengan kebudayaan kita tentunya akan memunculkan beberapa masalah yang nantinya juga berpengaruh dalam tingkat nasionalisme terhadap bangsa,” ungkapnya.
Kata dia, memudarnya rasa nasionalisme dapat mengancam dan menghancurkan bangsa Indonesia. Hal itu terjadi karena ketahanan nasional akan menjadi lemah dan dapat dengan mudah ditembus oleh pihak luar.
Dengan kata lain, Bangsa Indonesia telah dijajah oleh generasi mudanya dengan semakin memudarnya rasa nasionalisme terhadap bangsa Indonesia. Bukan dijajah dalam arti fisik, melainkan dijajah secara mental dan ideologinya.
“ Diperlukan sekali upaya-upaya untuk meningkatkan semangat nasionalisme pada generasi muda terutama pelajar Indonesia sebagai penerus bangsa ini. Banyak sekali cara yang dapat dilakukan dalam meningkatkan rasa nasionalisme. Salah satunya adalah memalui Pendidikan Moral Pancasila dan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, yang diidapat lewat pembelajaran sekolah. Ini sangat urgent mengingat gempuran budaya asing, terutama paham yang menjurus pada radikalisme sudah mulai gencar di media sosial. Ini menjadi warning bagi Kementerian Pendidikan Nasional dan institusi terkait lainnya,” terangnya.
[ jgd/red ]