Menkeu Purbaya Ungkap Ada Pihak Ngerem Ekonomi RI di 5 Persen: Takut Kepanasan

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa

KINERJAEKSELEN.co, Jakarta -Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengungkapkan adanya pihak yang sengaja menahan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran 5 persen, dengan alasan takut terjadi demand pull inflation ketika permintaan melebihi laju pertumbuhan potensial.

Demikan disampaikan Purbaya  saat membahas inflasi yang naik kencang akibat permintaan berlebih.

“Berapa laju pertumbuhan potensial Indonesia? Kalau BI hitung 5 persen, salah hitung kali ya? Yang lain juga hitung 5 persen,” ujar Purbaya dalam acara Hari Keuangan Nasional di Studio CNN, Jakarta Selatan, Senin (27/10/2025).

Mantan ketua komisioner LPS ini menilai angka 5 persen tidak cukup menyerap tenaga kerja baru yang masuk usia produktif.

“ Saya pikir antara 6,5-6,7 persen, tengah-tengahnya di situ. Kalau kita dekat ke sana sudah lumayan,” tambahnya.

Purbaya menegaskan Indonesia belum mencapai pertumbuhan potensial tersebut, terutama pasca-krisis Covid-19, yang menjadi penyebab tingginya pengangguran.

Ia menekankan bahwa pengangguran sejati adalah mereka yang benar-benar tidak bekerja, bukan yang bergeser dari sektor formal ke informal.

“Saya punya stok pengangguran banyak. Geber pertumbuhan 7-8 persen beberapa tahun, belum habis. Jadi, tidak akan sebabkan demand pull inflation. Kenapa takut ekonomi tumbuh di atas 6 persen? Pandangan salah, mesti baca buku lagi,” tegasnya.

Menurut Purbaya, fondasi ini membuat Indonesia sulit tumbuh di atas 6 persen. “Begitu 5 persen mendekati 6 persen, diperlambat. Takut kepanasan. Kepanasan apa? Pengangguran masih banyak,” katanya.

Oleh karena itu, ia menargetkan pertumbuhan kuartal IV 2025 di atas 5,5 persen year on year (yoy), sehingga secara tahunan mencapai 5,2 persen. Pada 2026, ia yakin bisa tembus 6 persen, dengan private sector lebih aktif.

Purbaya berjanji akan berusaha menaikkan geliat ekonomi secara bertahap.

“Tahun depannya lagi lebih cepat. Mungkin di tahun kelima Pak Prabowo, sudah mulai lihat bayangan ke 8 persen,” tandasnya.

Target ini, kata Purbaya, bergantung pada pelaksanaan program pemerintah dan kontribusi sektor swasta untuk mendorong pertumbuhan inklusif dan menyerap tenaga kerja.

Editor: Jagad N

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *