Budaya  

Memahami Makna dan Kata Melayu

banner 400x130

Strateginews.id, Singkawang Kalbar – Di Indonesia beragam macam suku dan budayanya. Bahkan dari rumpun atau bangsa melayu memilik berbagai perbedaan. Termasuk dari segi bahasa, antara satu daerah melayu dengan daerah melayu lainnya.

Penyampaian ini diungkapkan Penjabat Sekretaris Daerah Kota Singkawang, Aulia Candra, S.STP. Pada Coffe Night kunjungan Persatuan Warga Islam Saribas (Perwaris) Malaysia ke DPD MABM yang berlangsung Rabu malam, di Rumah Melayu Balai Serumpun Kota Singkawang, (11/12/2024).

Dari segi penyebutan kata pada bahasa, antara melayu Sambas dan melayu Pontianak di Kalimantan Barat, memiliki perbedaan. Misalnya menyatakan kata ke mana (dalam bahasa melayu ; kemane ).

Aulia menerangkan, melayu di Sambas menggunakan e pepet, seperti menyebut “enak”. Sedangkan melayu di pontianak menggunakan e taling seperti menyebut “enam”.

Bahkan untuk beberapa daerah di kalangan melayu Sambas, memiliki perbedaan pengucapan kata dalam berbahasa.Namun maknanya sama, dapat dipahami.

Pedalaman Sambas ada yang menyebut “kemane” dengan penyebutannya “kemone” atau “ngape” (mengapa) dengan sebutannya “jope”.

Menurut Aulia, perbedaan bahasa melayu tersebut merupakan keragaman dari rumpun Melayu. Walaupun agak sedikit berbeda, kata dia, kita berusaha untuk saling memahami.

Bagaimana untuk saling memahami ?

“Salah satunya lewat Silaturahim seperti ini. Kita bergaul berbincang bincang maka kita akan pahami bahasa dari masing masing daerah , ” kata Aulia Candra menyampaikan kata sambutan.

Bergeser pada pemaknaan kata bahasa, antara satu suku bangsa dengan lainnya. Aulia menjelaskan, kita juga harus bisa memahami dan mengerti menaggapinya secara positif.

Sebutnya, kalau orang jawa bilang melayu itu artinya lari. Sebagai orang melayu, sudah dan harus mengartikan makna tersebut, dari sisi konotasi yang positif.

“Melayu bukan berarti lari ketakutan, tapi lari mengejar ridhoNya Allah. Lari mengejar kemajuan budaya. Lari mengejar untuk berkarya yang lebih. Ini yang kita harapkan dari para Melayu muda kita. Selain mereka mengejar cita cita mereka jangan sampai melupakan satu yang tidak boleh dilupakan. Yaitu kembalinya mereka ke tempat kembalinya mereka nanti , ” ujar Aulia Candra.

Budaya melayu, lanjut Aulya, dibesarkan dan memang melekat dengan ciri khasnya berdasarkan syariat Islam. kita berharap, lanjutnya, jangan sampai ada budaya melayu yang lepas dari syariat Islam.

” Ini yang harus kita jaga bersama. Maklum dengan perkembangan jaman. Kita maunya ada perkembangan budaya agar tidak itu itu saja, tetapi perkembangan budaya malah melepaskan diri dari syariat Islam. Padahal warga melayu ini, kita sebagai orang melayu sangat dekat dengan syariat Islam. Sehingga jangan pernah kita lupakan syariat Islam , ” kata Aulia Candra mengingatkan.

(Ibnu Azan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *