STRATEGINEWS.id, Jakarta – Belakangan viral di media sosial, bahwa Indonesia merupakan warisan dari bangsa lain. Propaganda agitasi yang dilakukan oknum-oknum Balawi, sebagai upaya untuk memecah belah dan menguasai Indonesia.
Ketua Umum Persatuan Wartawan Republik Indonesia [PWRI] Dr. Suriyanto Pd, SH,MH,M.Kn, mengajak seluruh elemen bangsa Indonesia dengan lintas suku lintas agama dan seluruh budayawan untuk mewaspadai gerakan-gerakan Ba’alwi yang secara terang benderang ingin menguasai Indonesia.
“ Saya mengajak seluruh elemen bangsa, yang mencintai tanah air ini, untuk mewaspadai gerakan-gerakan dan propaganda oknum-oknum Ba’alwi yang berpotensi memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa, yang pada gilirannya kelompok-kelompok itu ingin menguasai negeri yang telah diwariskan oleh leluhur bangsa ini,” kata Suriyanto, melalui keterangannya, Selasa [10/9/2024]
Klaim sepihak tersebut, kata Suriyanto memicu kegaduhan dan kekhawatiran di tengah-tengah masyarakat.
“ Bangsa ini harus bersatu melawan kezaliman nasab-nasab yang berasal dari Yaman, yang berdasarkan vidio-vidio yang beredar serta dakwah-dakwah para oknum yang berasal dari Yaman ini ingin merubah sejarah Bangsa Indonesia yang luhur dan berbudi,” ujarnya.
Suriyanto mengungkapkan, seluruh sejarah yang telah tertulis maupun tidak tertulis sudah menjadi fakta yang otentik bahwa Bangsa Indonesia tidak ada sangkut paut dengan trah dari Yaman, baik itu dari unsur para raja-raja tanah Jawa dan raja raja diluar pulau Jawa hingga ke para Waliyullah seperti Wali Songo.
“ Para generasi muda harus paham dan pemerintah juga harus turun tangan untuk melakukan tindakan hukum terhadap para oknum dari Yaman yang mengaku habib turunan Nabi besar Muhammad SAW, Bangsa Indonesia lahir dari Nusantara yang memiliki sejarah jelas dan terang tidak ada kaitan dengan Bangsa Yaman,” kata Suriyanto.
“ Sebaiknya kembali ke falsafah melayu. “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung” Ketika berada di negeri orang, hormati dan hargai adat istiadat di negeri itu. Wali Songo menyebarkan Islam dengan falsafah itu. Sehingga, dalam penyebaran Islam di nusantara, tidak ada perang, tidak ada adat budaya yang dihilangkan. Masuknya Islam ke negeri ini secara lembut, tanpa merusak tatanan yang sudah ada. Belajarlah soal kearifan lokal. Jangan merasa paling alim dan berilmu sehingga merendahkan orang lain, apalagi mengklaim seakan-akan negeri ini warisan leluhur Yaman,” pungkas Suriyanto
[nug/red]