Direktur Strategi Foundation Risdiana Wiryatni: Hadapi Pemilu Kita Harus Jernih dan Obyektif Melihat Persoalan Politik

Foto ilustrasi

STRATEGINEWS.id, Jakarta – Menghadapi tahun politik dan pesta demokrasi Pemilu 2024, kita harus jernih dan obyektif dalam melihat persoalan politik yang  bergerak kian dinamis. Sebagai anak bangsa, kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga kondusifitas, agar perhelatan pesta demokrasi berjalan damai dan sejuk.

Pandangan tersebut disampaikan Direktur Eksekutif Strategi Foundation Risdiana Wiryatni melalui keterangan di Jakarta, Jumat [19/5/2023]

Risdiana mengaku prihatin, mendekati pemilu 2024, masih terjadi silang sengketa, saling hujat, saling mengolok olok antar pendukung capres. Kondisi seperti ini, kata Risdiana, bisa merusak esensi demokrasi dan tata nilai kehidupan berbangsa dan bernegara.

Risdiana Wiryatni

“ Kebebasan dan demokrasi yang terus berkembang di negeri ini, ternyata memiliki sisi negative, yang akan semakin menjadi persialan, bila tidak segera disadari oleh semua komponen bangsa ini. Ekses yang paling terasa adalah dalam kehidupan berpolitik bangsa ini,” kata Risdiana

Risdiana mengatakan, dalam pencarian bentuknya, politik di negeri ini dipenuhi dengan bahaya yang bisa dan kadang terjadi di setiap saat. Bahaya terbesar akibat proses dalam pencarian bentuk dalam politik itu adalah perpecahan di masyarakat.

“ Kita bisa melihat wajah media sosial kita, dihiasi dengan berbagai hujatan atas ketidak sepahaman cara pandang dalam melihat sesuatu, karena perbedaan pilihan politik. Pelaku politik sering menggunakan kondisi masyarakat yang rapuh dan rawan pengaruh untuk keuntungan dan kepentingan politiknya. Kerapuhan rakyat yang tanpa disadari akan semakin menjadi bencana saat pengaruh para petualang politik masuk dalam kehidupan mereka,” tutur Risdiana.

Di tengah derasnya arus informasi, Risdiana mengajak pegiat media sosial untuk menciptakan iklim pemilu yang sejuk.

“ Agar bisa menciptakan iklim politik yang sejuk, mari hindari membuat berita hoax yang panas. Kita sambut pesta demokrasi ini selayaknya sebuah pesta, yaitu dengan kegembiraan dan kebahagiaan, bukan dengan pertengkaran,” ajak Risdiana.

“ Kita harus mampu merekonstruksi pemikiran dan komitmen kita atas keberlangsungan bangsa ini.  Diperlukan kesadaran bersama, karena pada dasarnya manusia adalah makhluk yang bermartabat. Politik yang sebaik-baiknya adalah politik yang berbudaya, budhi daya dan bermartabat, dimana kekuasaan dan tahta yang dibawa membawa kemuliaan manusia dan Sang Pencipta,” ungkapnya.

Risdiana menambahkan, bila bangsa ini tidak ingin carut marut, sudah saatnya kita kembali kepada politik yang berbudaya, karena politik yang berbudaya, akan sanggup menggeser dominasi politik identitas yang saat ini marak di tanah air. Politik identitas selalu dikaitkan dengan etnisitas, agama, idiologi, dan kepentingan-kepentingan lokal yang umumnya diwakili para elit politik dengan artikulasinya masing-masing.

“ Sudah saatnya kita kembali kepada jati diri kita sebagai bangsa yang berbudaya. Dan, yang bisa kita lakukan adalah membangun budaya politik yang sesuai dengan peradaban kita sebagai bangsa Indonesia yang berkarakter. Ukuran baik buruk, benar salah, pantas tidak pantas dalam budaya demokrasi kita, tentu berbeda dengan negara lain, atau bangsa-bangsa lain,” pungkasnya.

[nug/red]

banner 400x130 banner 400x130 banner 400x130

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *