Produksi Garam Jangka Kuasai Tujuh Kabupaten/Kota  di Aceh

STRATEGINEWS.id. Bireuen –  Roslaini (55 ) warga Jangka Kabupaten Bireuen  petani yang tengah mengolah pembuatan garam berkesepaatan berbincang terkait dalam pengembangan pemasaran garam, Minggu, 7 Mei 2023 .

Ibu  Ros menjelaskan bahwa hasil produksi   garam Jangka baru  mampu menguasai pasar di Tujuh Kabupaten/ Kota di Provinsi Aceh.

Adapun tujuh Kabupaten/kota di Aceh yang dipasok pemasaran garam Jangka hanyalah ,  Kabupaten Aceh Tengah, Benermeriah, Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Utara dan Kota Lhok Seumawe.

Jangka merupakan nama salah satu Kecamatan di Kabupaten Bireuen yang terletak di pesisir utara dibibir pantai Selat Malaka yang memiliki areal tambak ikan yang sangat luas mulai dari barat berbatas dengan Kecamatan Kuala sampai ketimur berbatas dengan Kecamatan Kuta Blang.

Sebagian penduduk Jangka sebagai nelayan, petani, petani tambak ikan, pengrajin patarana (Pliek U/Aceh Red) dan petani garam.

Proses pembuatan garam sebagaimana pengamatan strateginews. id, dengan penjelasan  Roslaini (55 tahun)  diawali dengan menyiapkan air sumur khusus pengeboran yang rasa asin dimasak dalam tempayan besar pada tungku api selama 3 jam dengan campuran 1 zak garam bibit yang didatangkan dari Madura.

Setiap tempat usaha garam menerima garam bibit madura oleh pedagang yang mengantar ketempat. Setiap minggu mencapai belasan ton garam bibit dibawa dengan truk ketempat usaha garam mencapai 40 dapur masak garam di Tanoh Ano dan Jangka Keutapang.

Sekali masak menghasilkan 50 kg garam dijual ditempat 10 ribu perkilo dan mendapatkan uang 500 ribu. Satu hari 2 kali masak berarti didapat 1 juta rupiah.

Roslaini menambahkan bahwa dirinya memasak garam sudah turun temurun dari usaha keluarga mulai dari kakek berlanjut ke Bapak dan sekarang semua keluarga kami pekerja garam. Ada garam lapak dari air asin dijemur dan ada garam masak di belanga tempayan.

Kemudian para pedagang garam dengan sepeda motor setiap pagi membawa dagangan garam ke Aceh Tengah, Benermeriah, Pidie Jaya, Aceh Utara, Bireuen dan Kota Lhokseumawe.

H Daud Luthan pedagang garam mengaku setiap hari mencapai 4 ton garam dikirim ke berbagai daerah Kabupaten dan kota kecamatan yang ada di Bireuen, Aceh Tengah, Aceh Utara dan Pidie Jaya.

Petani garam mengaku ada kesulitan usaha yang dijalani bila saat tertentu pasokan garam bibit Madura payah didapat dan harga bisa naik. Sebelumnya 150 ribu per zak sekarang mencapai 200 ribu.

Dapat dimaklumi bahwa petani garam butuh dana usaha untuk menunjang berbagai kebutuhan dalam proses penyulingan air asin, kayu bakar dan pembelian garam bibit.

Para perajin garam yang yang mempunyai tempat usaha garam menerima garam bibit madura yang dipasok oleh pedagang.

Sementara sosok Pemuka masyarakat di sana Pak Zulkarnaini mengatakan, setiap tempat usaha garam menerima garam bibit madura yang di antar ketempat oleh merekas setiap minggu mencapai belasan ton.

Disebutkan, garam bibit dibawa dengan truk ketempat usaha garam yang mencapai 40 dapur di Tanoh Ano dan Jangka Keutapang.

Menurut Zoel yang juga Kepala SD Negeri 13 Jangka , sebagian warga memasak garam sudah turun temurun dari usaha keluarga mulai dari kakek berlanjut ke Bapak dan sekarang mayoritas penduduk pekerja garam baik garam lapak dari air asin dijemur dan ada garam masak di belanga tempayan.

(  H Jufliwan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *